ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKAATUH ...

Daftar Isi My Blog

25.6.14

HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

RINCIAN SEBAB MEMBATALKAN PUASA

Berpuasa secara utuh, adalah puasa yang meliputi dari dua unsur yaitu unsur jasmaniyah dan unsur rohaniyah. Ini diselaraskan dengan kejadian manusia yang terdiri dari unsur tersebut. Tepatlah, kalau Nabi SAW dalam haditsnya, riwayat dari Abu Ubaidah, menegaskan bahwa:
“Bukanlah puasa itu (sekedar menahan) dari makan dan minum saja (tapi) sesungguhnya puasa itu (menahan) diri dari perkataan yang sia-sia dan cacimaki.” (HR. At-Thabarani)
Berdasarkan hadits ini maka penulis mengambil kesimpulan bahwa yang dapat membatalkan puasa itu ada dua unsur, yakni unsur jasmani (lahiriyah) dan unsur rohani (batiniyah).
Di samping itu, dasar pembagian ini pada garis besarnya diambil dari pengertian hadits Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dan melakukan kejahatan, maka tidak ada hajat (tidak menerima) Allah akan puasanya, sekalipun ia telah meninggalkan makan dan minum.” ((HR. Bukhari).

1.      Perbuatan-perbuatan yang membatalkan puasa secara lahiriyah (langsung).
Maksudnya, dengan perbuatan itu, maka batal (rusak) puasa seseorang, baik yang menyangkut puasa itu sendiri, maupun nilai pahalanya. Ini secara rinci meliputi:
a.       Berniat berbuka puasa
b.      Makan dan minum dengan sengaja
c.       Wanita haid, nifas dan wiladah (malahirkan)
d.      Keluar sperma (mani) di siang hari.
e.       Mengadakan hubungan seksual (jima’) di siang hari.
f.       Muntah dengan sengaja
g.      Memasukkan sesuatu benda (dengan sengaja) ke dalam salah satu rongga badan, seperti mulut, lobang hidung, lobang kuping, dubur dan kubul.
2.      Perbuatan-perbuatan membatalkan (merusak) puasa secara batiniyah (tidak langsung)
a.       Menurut para ulama Jumhur, orang yang berpuasa tapi masih berbuat maksiat, dosa dan lain sebagainya, maka puasanya sah, tapi nilai pahala puasaya rusak. Ketentuan ini meninjau dari segi lahiriah saja yang membatalkan puasa secara total, tetapi dari segi perbuatan batiniyah tidak mempengaruhi keabsahan puasa.
b.      Menurut para ulama salaf, orang yang melakukan maksiat, dosa dan lain sebagainya, maka puasanya dianggap batal, walaupun dia tidak makan, minum, campur dengan istri di siang hari dan lain sebagainya. Alasan mereka; apabila pahalanya ditolak tidak diterima oleh Allah Swt, berarti amalannya tidak sah. Maka puasanya dianggap tidak batal dan wajib membayar di lain waktu. Tapi dengan catatan, apabila perbuatan keji itu dilakukan secara sengaja.

Karena nilai pusa itu tidak hanya sekedar menahan pisik saja, tetapi ketahan untuk mengendalikan hawa nafsu peru diperhitunngan juga. Sehingga dengan demikian, nilai puasa tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam:
a.       Puasa ‘awwam (Umum). Dalam pelaksanaannya, mereka yang berpuasa hanya sekedar mampu menahan makan. Minum, dan campur dengan istrinya pada siang hari. Titik beratnyna mereka berusaha memelihara kesempurnaan lahiriayahnya saja, sedangkan batiniyahnya, tidak mereka perhitungkan Oleh karena itu pada umunya puasa seperti ini bisa dikerjakan oleh siapa saja.
b.      Puasa Khauwas (khusus). Dalam pelaksanaannya, mereka yang berpuasa tidak sekedar mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara lahiriyah, tapi mereka telah mampu memelihara panca indera dari perbuatan maksiat, dengan cara:
1)      Menjaga pandangan dari mata dari segala yang haram maupun makruh.
2)      Memelihara ucapan lidah dari kata-kata yang kotor, dusta, bohong, gosip dan lain sebagainya.
3)      Memelihara kuping dari mendengar ucapan bohong, kotor, porno, dan seterusnya.
4)      Waktu berbuka, makan dan minum yang wajar, tidak terlalu berlebih-lebihan.
5)      Berusaha mengendalikan seuruh anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan dosa.
c.       Puasa khauwasul khauwas (khusulil khusus). Dalam pelaksanaanya, daya kemampuan puasa mereka lebih tinggi  dari nilai yang diperoleh pada peringkat pertama dan kedua, yaitu mereka lebih mampu memeihara hatinya untuk memeikirkan hal-hal yang berhubungan dengan urusan dunia selama mereka berpuasa. Pikiran dan hati mereka tidak pernah lupa untuk berzikir kepada Allah Swt diman saja mereka berada.

Oleh karena itu, peringkat puasa yang ketiga ini hanya mampu dikerjakan oleh mereka yang mempunyai nilai iman yang sangat tinggi mutunya (istimewa), karena mampu menahan nafsu perut dan syahwat, berhasi mengendalikan seluruh panca indera dari perbuatan maksiat dan akhirnya mereka mampu pula memusatkan konsentrasi mereka secara utuh untuk zikrullah.

4.5.14

KHUTBAH TENTANG ISLAM DAN KERJA



ISLAM DAN KERJA
Oleh: Sonin


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
 فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat Allah SWT. yang mana atas rahmat dan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah pada hari ini, kembali kita bersama-sama berhimpun di majelis Jum’at yang mulia ini, guna melaksanakan serangkaian ibadah Jum’at di masjid yang suci dan mulia ini.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Islam adalah agama Allah yang sangat mementingkan amal-amal manusia sebab setiap amal baik dalam agama dinilai ibadah. Istilah amal mencakup segala perbuatan manusia disegala bidang kehidupannya, seperti amal-amal lisan, perseorangan, keluarga, kelompok, masayarakat, agama dan negara.
Saudara-saudara yang insyaAllah dirahmati oleh Allah Swt.
Kita ketahui bahwa Nabi Muhammad SAW  amat menekankan fakta, bahwa pada dasarnya manusia itu diciptakan untuk bergerak, berjuang dan beramal (yakni bekerja) di bumi ini, Nabi menegaskan bahwa umat manusia adalah umat nan satu bagi masyarakat pengamal (pekerja) nan satu pula kemenangan dan kemegahan mereka lewat beramal, beramal sekali lagi beramal atau dengan istilah di Indonesia: bekerja, bekerja dan bekerja.
Nabi sampai menyatakan tentang diriya sendiri. “Wahai umatku, bekerjalah sesuai dengan kesanggupan kalian masing-masing, akupun juga bekerja.”
Ini adalah gambaran dari apa yang dilakkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian jika kit amemperhatikan Riwayat Hidup Rasulullah SAW maka jelas disana beliau adalah seorang pekerja yang tidak kenal lelah. Disamping melakukan ibadah da kegiatan Dakwah Islamiyah, beliau tidak henti-hentinya bekerja, bekerja dan selama hayat dikandung badan, kelihatan dalam riwayat hidupnya, bahwa beliau terus bekerja dan terus menerus beramal.
Denga posisinya yang sangat tinggi, beliau tidak pernah nampak sebagai orang yang hanya duduk diatas saja dan melihat segala-galanya sebagai seorang pembesar saja. Beliau lain dari pada yang lain dalam posisi dan tingkah lakunya, beliau malah memerah sendiri susu kambingnya, dan mengembala sendiri kambingnya, yang jauh dari kota, beliau menambal sendiri pakaiannya, membersihkan rumah, menyapu lantai, memelihara unta, membantu sang istri dirumah.
Sebagai pekerja beliau turut pula bekerja membantu pembangunan Masjid dan bersama-sama kawan yang lain turut menggali selokan (parit( disekeliling kota Madinah, beramal bekerja dan memburuh, demikian dtegaskan, adalah sama mulianya dengan apapun yang lain. Maka baik sebagai Kepala Negara dan panglima perang, maupun sebagai Nabi dan Rasulullah beliau tiada pernah memandang rendah, apalagi menganggap hina, pekerjaaan apapun yang diperbolehkan Agama, betapapun sederhana dan rendah.
Dengan demikian Nabi SAW telah mendirkan satu Orde Sosial, dmana sang buruh pembuat jalan, penebang kayu, pencari dan memikul air, tukang sepatu dan menyapu lantai ataupun pembersih jalan, semua mereka itu tanpa kecuali diperlakukan sama dengan seorang Saudagar besar ataupun pegawai tinggi. Lebih-lebih lagi semua mereka itu adalah pula anggota-anggota Ukhuwwah Islamiyah dari Dauah Islamiyah yang untuk pertama kali didirikan Rasulullah SAW.
Allah akan memei kehormatannya, itu adalah lebih baik baginya dari pada ia harus meminta-minta.
Hadis-hadis nabi penuh dengan contoh yang menunjukkan betapa dalam Islam ummat manusia itu diangkat dalam kemuliaan dan martabatnya.
“Seoerang penyembelih hewan atau penjual daging, tukang emas, pandai besi, penjahit baju, penenun atau tukang kayu, semuanya adalah sama-sama terhormat “ (Bukhari)
Malah seorang pelayan dan tuannya ditempatkan pada tingkat yang sama, bahwa, “adalah dianjurkan kepada tuan rumahdan pelayan bersantap pada meja yang sama”.
Dalam Islam orang malah tidak bisa mengimpikan satu pekerjaan yang dipaksakan ataupun tidak diberi bayaran. Dalam Islam seorang pekerja dan majikannya dipandang sebagai dua pihak yang membuat kontrak atau perjanjian, dan masing-masing terikat oleh syarat-syarat perjanjian itu. Dalam hal ini Nabi SAW dalam salah satu haditsnya telah menegaskan, bagaimana salah seorang dari tga yang nanti bertanggung jawab berat pada Allah adalah: “Orang yang mempekerjakan seorang pelayan (dirumanya) dan memperoleh pelayanan sebagaimana dharap-harapkan dari padanya, tetapi ia kemudiantidak membayar upahnya itu sepenuhnya pula”.
Dan mengenai para pengolah tanah, Islam amatlah lapang, bermurah hati, dan memberikan posisi yang amat menguntungkan bagi mereka itu, Isam amat mendorong ummatnya supaya giat melakukan pengolahan tanah dan menanaminya dengan pohon-pohon kayu dan tumbuh-tumbuhan atau mencocokinya denga aneka macam tanaman yang berguna. Maka dikatakannya oleh Nabi SAW:
“ Tidak ada seorang Muslim yang menanam pohon atau mengolah tanah, emudian burung-burung atau manusia ataupun hewan memakan dari padanya, malainkan itu menjadi shodaqoh (yakni amal shalah atau ibadah) baginya (HR. Bukhari)”
“Barang siapa mengolah tanah yang bukan miliknya seseorang, maka dialah yang lebih berhak atasnya. (Bukhari)
Maka jika kita perhatikan riwayat hidup Rasulullah SAW dan mengikuti ayat-ayat tertentu dari Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, niscaya akan kita ketahui , bahwa lama sebelum bangsa lain berteriak –teriak menyerukan “Hai kaum pekerja” ataupun “Hai kaum Buruh dunia!” Agama Islam yang enjadi pandangan hidup, tujuan hidup dan tata cara hidup dari ummat Islam sedunia, sungguh telah lebih dalu mnejdi contoh bagi kau pekerja, buruh, petani, atau karyawan-karyawan dari segala suku dan bangsa di dunia yang fana ini. Islamlah yang sanggup memberi satu keseimbangan hidup.
Semoga apa yang kami sampakan tadi dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin...

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

LINK TERKAIT

14.3.14

HIPOTESIS PENELITIAN



PENGAJUAN HIPOTESA

Hipotesa dikenal dengan dugaan sementara, dikatakan dugaan sementara karena dugaan tersebut mungkin benar, juga mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangata bergantung pada hasil-sasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.
Hipotesis dapat dibedakan antara apa yang disebut hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor, sebagaimana tersirat dalam istilahnya sendiri adalah hipotesis induk dan menjadi sumber dari anak-anak hipotesis. Hipotesis selanjutnya adalah hipotesis minor. Hipotesis minor dijabarkan dari hipotesis mayor, sehingga harus berjalan benar dengan hipotesis induknya. Dengan begitu, tiap-tiap pengetesan terhadap suatu hipotesis minor berarti juga merupakan pengetesan sebagian dari hakekat hipotesis mayor. Barangkali dengan beberapa contoh, apa yang dimaksudbkan dengan uraian itu menjadi lebih jelas.
Gambarkanlah dengan pengetahuan-pengetahuan serta pembahasan-pembahasaan terhadap situasi-situasi dan hasil-hasil penyelidikan yang lampau, hal yang perlu dijelaskan dalam pasal pembeberan persoalan, dibuat uatu hipotesis: “Bahwa kemiskinan adalah sebab dari kejahatan”. Kita tahu bahwa jenis-jenis kejahatan bermacam-macam seperti pencurian, perampokan, pembegalan, penipuan, pelanggaran seksual, perjudian, pemalsuan, dan sebagainya. Nah, jika jenis kejahatan ada bermacam-macam, maka dapatlah disusunlah disusun berbagai anak-anak hipotesis yang khusus membuat dugaan tentang adanya hubungan anatara kemiskinan dengan jenis kejahatan yang bersangkutan.
1.       Ada hubungan positif antara derajat kemiskinan dengan besar kecilnya kejahatan pencurian.
2.       Antara kemiskinan dan kejahatan perampokan aa hubungan yang searah.
Suatu mental construk, suatu rangka berpikir harus disusun untuk memberikan petunjuk jalan pada pengetesan hipotesa hipotesis-hipotesis itu, baik hipotesis mayornya maupun hipotesis minornya. Salah satu contoh dan mental konstruk yang paling sederhana untuk mengetes hipotesis yang mengetengahkan adanya hubungan sebab akibat seperti dalam hipotesis mayor, “Bahwa kemiskinan menjadi sebab dari kejatan” adalah seperti berikut:
 Jika kemiskinan menjadi sebab dari kejahatan,
a.       Di mana ada kejatanan, disitu ada kemiskinan;
b.      Di mana tidak ada kejahatan, disitu tidak boleh ada kemiskinan;
c.       Kejahatan hanya dilakukan oleh orang-orang miskin;
d.      Kejahatan tidak dilakukan oleh orang-orang tidak miskin;
e.      Makin besar kemiskinan makin besar kejahatan yang dilakukan;
f.        Maskin kecil kemiskinan , makin kecil kejahatan;
g.       Di tempat-tempat yang makin banyak kejahatan, makin banyak kemiskinan;
h.      Di tempat-tempat makin sedikit orang-orang yang miskin makin sedikit orang yang melakukan kejahatan, dan sebagainya.

2.1.14

KHUTBAH JUMAT: KEKUATAN DOA



KEKUATAN DOA
Oleh: Sonin


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛
 فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah.
Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat Allah SWT. yang mana atas rahmat dan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah pada hari ini, kembali kita bersama-sama berhimpun di majelis Jum’at yang mulia ini, guna melaksanakan serangkaian ibadah Jum’at di masjid yang suci dan mulia ini.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Seorang Arab dusun datang menghadap Rasulullah SAW. Ia bertanya tentang Tuhan. Pertanyaannya, “Muhammad, Tuhan itu jauh atau dekat? Apabila Tuhan itu jauh, maka akan saya panggil Dia dengan suara keras! Tetapi, apabila Tuhan itu dekat, maka akan saya panggil Dia dengan suara pelan saja”.
Mendengar pertanyaan ini, kaum Muslimin sekalian, Rasulullah SAW. Tidak langsung memberikan jawaban. Kenapa? Karena apabila dijawab oleh Rasulullah bahwa Tuhan itu dekat, maka tentu seorang Arab dusun ini akan balik bertanya dan memberikan sanggahan, “Kok, tidak kelihatan” katanya. Atau apabila dijawab oleh Rasulullah bahwa Tuhan itu jauh, barangkali lantaran jauh ini, ada suatu kecenderungan dari seorang Arab dusun ini untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum agama, karena memang taraf berpikir atau tingkat intelektualitas seorang Arab dusun ini dibilang sangat rendah, sehingga tidak mampu menangkap atau memahami apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW. jika sekiranya beliau memberikan jawaban.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Terhadap peristiwa ini, dialog antara seorang Arab dusun dengan Rasulullah SAW. ternyata Allah tidak tinggal diam. Allah SWT. tidak tega membiarkan Rasul- Nya dalam keadaan ragu, dalam keadaan bimbang. Sehingga Dia sendirilah yang memberikan jawaban atas pertanyaan seorang Arab dusun ini, yang jawaban tersebut sampai hari ini masih tersimpan rapi di dalam Al-Qur’anul kariem pada Surah Al- Baqarah ayat 186, yang berbunyi:
#sŒÎ)ur y7s9r'y ÏŠ$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=ƒÌs% ( Ü=Å_é& nouqôãyŠ Æí#¤$!$# #sŒÎ) Èb$tãyŠ ( (#qç6ÉftGó¡uŠù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 šcrßä©ötƒ ÇÊÑÏÈ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".

Bahkan di dalam sebuah hadits riwayat imam Bukhari disebutkan :
“Jika seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan  mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”.

Hadirin, Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Dari jawaban ini, jawaban atas pertanyaan seorang Arab dusun terhadap Rasulullah SAW. yang kemudian dijawab oleh Allah melalui firman-Nya, dan diperkuat oleh hadits Rasulullah SAW. nampak-nya terdapat suatu anjuran yang nadanya menantang kita, agar kita selalu memohon dan memohon kepada Allah SWT. dalam bentuk doa.

Allah memang Maha Tahu apa yang digetarkan oleh batin kita. Allah yang digetarkan oleh batin kita. Allah Maha Tahu apa yang kita inginkan, apa yang kita hajatkan, namun Allah minta agar semua yang digetarkan oleh batin kita, semua yang kita inginkan, yang kita hajatkan tersebut kita ungkapkan dalam bentuk doa.
Janganlah ada terlintas dalam pikiran kita perasaan malu untuk berdoa kepada Allah SWT. Tidak perlu malu. Karena Allah justeru sangat suka kepada hamba-Nya yang suka dan banyak berdoa, dan Allah malah tidak suka kepada hamba-Nya yang malas berdoa.

ادعوني استجب لكم
“Mintalah kepada-Ku, mintalah kepada-Ku, kata Allah, niscaya akan Aku penuhi permintaanmu”.

Maha Tahu apa yang kita inginkan, apa yang kita hajatkan, namun Allah minta agar semua yang digetarkan oleh batin kita, semua yang kita inginkan, yang kita hajatkan tersebut kita ungkapkan dalam bentuk doa.

Berdoa merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam, sehingga dalam bentuk-bentuk kegiatan ritual keagamaan kedudukan dan fungsi doa menempati urutan yang teratas, bahkan dinyatakan:

الدعاءهوالعبادة  :   “Doa itulah ibadah”.

الدعاء مخ‎‎ العبادة  : " “Doa itu otaknya ibadah”.
Mengingat betapa pentingnya doa tersebut, maka setiap bentuk-bentuk ibadah dalam Islam selalu terdapat di dalamnya unsur doa. Seperti shalat umpamanya, banyak sekali di dalamnya unsur doa. Demikian juga dengan bentuk-bentuk ibadah lainnya, seperti puasa, zakat, haji dan bahkan setiap aktivitas kehidupan kita sehari-hari, dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita senantiasa dituntun dengan doa demi doa.

Muslimin Rahimakumullah.
Rasulullah SAW. walaupun beliau berpredikat sebagai rasul pilihan yang senantiasa mendapat ma’unnah, pertolongan Allah dan dilengkapi dengan berbagai mu’jizat atau keistimewaan yang luar biasa disamping adanya jaminan dari Allah SWT. bahwa beliau terhindar dari dosa dan kesalahan, namun ternyata kehidupan beliau senantiasa dihiasi oleh doa demi doa, permohonan demi permohonan kepada Allah SWT. Apatah lagi seperti kita yang banyak memiliki kedhaifan. Kita sering berbuat dosa dan kesalahan. Maka sudah sepantasnyalah apabila kita senantiasa memperbanyak doa dan permohonan kita kepada Allah SWT. Apalagi di dalam kehidupan yang serba modern dan konfleks ini, maka kehadiran doa berikut fungsinya, benar-benar membantu dalam kehidupan kita.

Dengan banyak berdoa, dalam artian menyadari sepenuhnya akan kelemahan diri dan ketidakberdayaan di hadapan Allah SWT. sembari mengharapkan pertolongan-Nya, insyaAllah pikiran kita akan menjadi tenang, jiwa kita akan menjadi tenteram, yang pada gilirannya nanti insyaAllah segala problema hidup dan kehidupan yang kita alami dapat kita atasi dengan baik, karena kita yakin akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Karena kita yakin akan keMaharahmanan dan ke-Maharahiman Allah SWT. Dan kita yakin pula bahwa bagaimanapun rumitnya suatu masalah, pasti terdapat jalan keluarnya.
Tak ada persoalan hidup dan kehidupan yang tak dapat diatasi. Bukankah pepatah telah mengatakan, Banyak jalan menujuRoma. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah.
Ingatlah bahwa berdoa adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah, karena Dialah yang memerintahkan kita untuk berdoa. Orang yang angkuh dan sombong sajalah yang tak mau berdoa.
`Segala usaha dan aktivitas yang dilakukan tanpa berdoa, maka usaha dan aktivitasnya akan menjadi rapuh. Sebaliknya, berdoa saja tanpa berusaha, ibarat roh tanpa jasad.
Oleh karena itu, berusahalah dan berdoalah, Ora et Labora. Ketahuilah, doa sesungguhnya mempunyai kekuatan dan keajaiban tersendiri yang bersifat abstrak, dan pada saat-saat tertentu, doa dapat berperan lebih jauh dan lebih besar dari amalan-amalan yang nyata.

Akhirnya, marilah kita tingkatkan munajat kita kepada Allah SWT. Dan seiring dengan itu kita tingkatkan pula kegiatan-kegiatan ibadah kepada Allah, kegiatan-kegiatan amal shaleh, sehingga apa yang kita harapkan, apa yang kita inginkan dan apa yang menjadi doa dan permohonan kita, kiranya dapat diijabah oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘alamin.

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net