PENGAJUAN HIPOTESA
Hipotesa dikenal dengan dugaan
sementara, dikatakan dugaan sementara karena dugaan tersebut mungkin benar,
juga mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima
jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangata
bergantung pada hasil-sasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.
Hipotesis dapat dibedakan antara
apa yang disebut hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor,
sebagaimana tersirat dalam istilahnya sendiri adalah hipotesis induk dan
menjadi sumber dari anak-anak hipotesis. Hipotesis selanjutnya adalah hipotesis
minor. Hipotesis minor dijabarkan dari hipotesis mayor, sehingga harus berjalan
benar dengan hipotesis induknya. Dengan begitu, tiap-tiap pengetesan terhadap
suatu hipotesis minor berarti juga merupakan pengetesan sebagian dari hakekat
hipotesis mayor. Barangkali dengan beberapa contoh, apa yang dimaksudbkan
dengan uraian itu menjadi lebih jelas.
Gambarkanlah dengan
pengetahuan-pengetahuan serta pembahasan-pembahasaan terhadap situasi-situasi
dan hasil-hasil penyelidikan yang lampau, hal yang perlu dijelaskan dalam pasal
pembeberan persoalan, dibuat uatu hipotesis: “Bahwa kemiskinan adalah sebab
dari kejahatan”. Kita tahu bahwa jenis-jenis kejahatan bermacam-macam seperti
pencurian, perampokan, pembegalan, penipuan, pelanggaran seksual, perjudian,
pemalsuan, dan sebagainya. Nah, jika jenis kejahatan ada bermacam-macam, maka
dapatlah disusunlah disusun berbagai anak-anak hipotesis yang khusus membuat dugaan
tentang adanya hubungan anatara kemiskinan dengan jenis kejahatan yang
bersangkutan.
1. Ada hubungan positif antara derajat kemiskinan dengan besar
kecilnya kejahatan pencurian.
2. Antara kemiskinan dan kejahatan perampokan aa hubungan yang
searah.
Suatu mental
construk, suatu rangka berpikir harus disusun untuk memberikan petunjuk jalan
pada pengetesan hipotesa hipotesis-hipotesis itu, baik hipotesis mayornya
maupun hipotesis minornya. Salah satu contoh dan mental konstruk yang paling
sederhana untuk mengetes hipotesis yang mengetengahkan adanya hubungan sebab
akibat seperti dalam hipotesis mayor, “Bahwa kemiskinan menjadi sebab dari
kejatan” adalah seperti berikut:
Jika kemiskinan menjadi sebab dari kejahatan,
a. Di mana ada kejatanan, disitu ada kemiskinan;
b. Di mana tidak ada kejahatan, disitu tidak boleh ada kemiskinan;
c. Kejahatan hanya dilakukan oleh orang-orang miskin;
d. Kejahatan tidak dilakukan oleh orang-orang tidak miskin;
e. Makin besar kemiskinan makin besar kejahatan yang dilakukan;
f.
Maskin kecil kemiskinan ,
makin kecil kejahatan;
g. Di tempat-tempat yang makin banyak kejahatan, makin banyak
kemiskinan;
h. Di tempat-tempat makin sedikit orang-orang yang miskin makin
sedikit orang yang melakukan kejahatan, dan sebagainya.
Mental konstruk
untuk mengetes hipotesis mayor seperti yang dicontohkan itu mutatis mutandis
berlaku juga untuk mengetes hipotesis-hipotesis minor.
Ada persoalan
lain yang perlu mendapat perhatian penyelidik dalam mengajukan hipotesis. Dalam
mengonstruksian suatu hipotesis dapat diambil beberapa bentuk. Misalnya, jika
persoalan yang hendak dipecahkan adalah apakah ada perbedaan kecakapan anatara
pria dan wanita, hipotesis-hipotesis yang dapat diajukan adalah:
a.
Pria lebih cakap dari pada
wanita
b.
Wanita lebih cakap dari
pada wanita
c.
Kecakapan pria lebih tinggi
daripada kecakapan wanita
d.
Kecakapan wanita lebih
tinggi daripada kecakapan pria
e.
Pria dan wanita memiliki
kecakapan yang sama
f.
Tidak ada perbedaan
kecakapan antara pria dan wanita.
Telah disebutkan bahwa
pengonstruksian suatu hipotesis bukanlah perbuatan sembarang, bukan suatu
perbuatan yang tidak berketentuan asal. Adalah suatu tuntutan demi sistematik
dan keselarasan uraian agar perumusan hipotesis sejalan dengan kecendrungan
arah-arah pembahasan yang mendahului. Jadi, misalnya jka dari pembahasan
diperoleh kecendrungan “Wanita lebih cakap daripada pria”, maka hipotesisnya
harus mengarah kepada kecendrungan ini, sehingga perumusan (b) dan (c) sesuai
untuk memenuhi tuntutan ini .
Suatu hal lain dalam hubungannya
dengan persoalan hipotesis perlu diperhatikan dengan saksama. Apa yang disebut
hipotesis nihil adalah hipotesis yang enyatakan kesamaan atau tidak adanya
perbedaan antara dua kelompok (atau lebih) tentang sesuatu perkara yang
dipersoalkan. Perumusan (e) dan (f)) adalah contoh-contoh dari hipotesis nihil.
Suatu hipotesis yang bukan
hipotesis nihil disebut hipotesis alternatif Misalnya, hipotesis yang
menyatakan bahwa, “Wanita lebih cakap daripada pria”. Adalah hipotesis
alternatif. Juga hipotesis yang menyatakan sebaliknya, yaitu “Bahwa pria lebih
pintar daripada wanita”, merupakan hipotesis alternatif. Jika dibagankan:
Hipotesis nihil : Kecerdasan rata-rata Wanita = Pria
Hipotesis alternatif : Kecerdasan rata-rata Wanita> Pria
atau Kecerdasan rata-rata Pria > Wanita
Adanya dua bentuk hipotesis itu,
yaitu hipotesis nihil (Hb) dan hipotesis alternatif (Ha) menimbulkan implikasi
yang berbeda-beda dibicarakan secara mendalam dalam pelajaran statistik yang
membahas cara-cara pengujian hipotesis.
Jadi jelas bahwa
hipotesis-hipotesis selalu merupakan petunjuk jalan bagi kegiatan-kegiatan
dalam perencanaan pola-pola researchnya, dimana akan dikumpulkan
data teknik analisis, dan arah penyimpulannya. Misalnya saja jika hipotesis
tentang pengaruh janji hadiah terhadap kegiatan belajar akan diselidiki dengan
metode eksprimen, maka penyelidikan harus menggunakan dua kelompok subjek, yang
satu diperlakukan biasa (tanpa janji hadiah), sedangkan yang satunya diberi
janji hadiah. Dengan melihat prestasi-prestasi dari sujek-subjek dalam
masing-masing kelompok dapat dinilai apakah janji hadiah memang benar-benar
menjadi faktor pendorong kegiatan belajar atau tidak.
Rujukan:
Sutrisno Hadi, 1994. Metodologi
Reseach, Yogyakarata, And Offset
Amirul Hadi dan Haryono, 2005, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan
Komponen MKK, Bandung, Pustaka Setia
i.
j.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar