Oleh: Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc.MA حفظه الله
TEKS AYAT
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ
هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ. إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ
هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka
di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya." (QS.Al-Bayyinah/98:6-8)
TAFSIR RINGKAS
Setelah Allah Azza
wa Jalla menjelaskan agama yang haq yang bisa menyelamatkan (seseorang)
dari azab dan bisa mendapatkan kenikmatan yaitu agama islam (pada ayat
sebelumnya), Allah Azza wa Jalla
mengabarkan bahwa orang-orang yang kafir (ingkar) kepada-Nya, baik dari
kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, mereka berada di neraka Jahannam,
mereka kekal di dalamnya.
Ini adalah hukum Allah Azza wa Jalla kepada mereka karena mengingkari kebenaran dan
berpaling darinya setelah datang kepada mereka bukti dan mereka mengenal jalan
yang lurus. Mereka
beralih dari kebenaran tersebut dengan rasa ridha terhadap kebatilan dan rasa
puas terhadap kekafiran dan kesyirikan sebagai ganti dari keimanan dan
ketauhidan. Mereka adalah orang-orang kafir dan pelaku dosa. Mereka adalah
seburuk-buruk makhluk. Ini adalah makna dari firman Allah,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ
هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk."
Sebagaimana
Allah Azza wa Jalla telah mengabarkan
bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan agama
Islam, kemudian mereka mengerjakan kewajiban-kewajiban, menjauhi
larangan-larangan, bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan amalan-amalan shalih,
mereka adalah sebaik-baik makhluk. Allah Azza
wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adaiah
sebaik-baik makhluk."
Perkataan
Allah Azza wa Jalla, "Balasan
mereka di sisi Rabb mereka," maksudnya, mereka yang beriman kepada
Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dan apa-apa yang Beliau bawa berupa petunjuk dan agama yang haq, mereka adalah
sebaik-baik makhluk.
Perkataan
Allah, جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ "Balasan mereka di sisi Rabb
mereka"
terjadi ketika mereka bertemu dengan Allah dan itu terjadi setelah kematian, جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي
مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"ialah
surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai," maksudnya adalah taman-taman yang
mereka tinggal selamanya di dalamnya, mereka tidak akan keluar darinya dan
tidak akan pernah mati.
Perkataan
Allah Azza wa Jalla: رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ
"Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya."
Allah ridha kepada mereka karena keimanan dan ketaatan mereka dan mereka ridha
kepada Allah karena apa yang telah Allah karuniakan dan berikan kepada mereka
berupa kenikmatan yang abadi di Darussalaam (Negeri Keselamatan/surga).
Perkataan
Allah Azza wa Jalla, ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ
رَبَّهُ
"Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya." Balasan yang disebutkan tersebut
adalah balasan yang besar karena di sana dikumpulkan kebahagiaan ruh dan
kebahagiaan badan secara bersamaan. Itu balasan bagi hamba yang takut kepada
Rabb-nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya sampai bertemu Allah Azza wa Jalla setelah wafatnya. Apabila dia
bemaksiat pada suatu hari, maka dia bertaubat dan jika dia salah maka dia kembali.
Begitu seterusnya sampai dia wafat dalam keadaan taat dan bukan dalam keadaan
bermaksiat."[1]
PENJABARAN AYAT
Surat al-Bayyiriah dan Ubay bin Ka'b
radhiyallahu ‘anhu
Beberapa
surat disebutkan keutamaannya oLeh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Surat al-Bayyinah memiliki kaitan dengan seorang sahabat
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
yang bernama Ubay bin Ka'b radhiyallahu
‘anhu. sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُبَيٍّ:
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ
(لَـمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا) قَالَ: وَسَمَّانِي؟ قَالَ: نَعَمْ، فَبَكَى
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepada Ubay, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku
untuk membacakan kepadamu lam yakunilladzina kafaru"' Beliau (Ubay)
berkata, "Apakah Allah menyebut namaku?" Beliau bersabda,
"Ya." Kemudian dia (Ubay) pun menangis.[2]
Ubay mendapatkan keutamaan dengan dikhususkannya beliau
dari seluruh sahabat Nabi untuk dibacakan surat al-Bayyinah sebagai perintah
langsung dari Allah Azza wa Jalla,
bahkan sampai-sampai Allah menyebut nama
beliau radhiyallahu ‘anhu.
Firman
Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ
فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk.
Ahli kitab yang dimaksud dalam ayat ini adalah
orang-orang Yahudi dan
Nasrani, sedangkan maksud dari orang-orang musyrik yaitu semua orang
yang melakukan kesyirikan yang menyebabkan dia keluar dari agama Islam. Mereka layak untuk mendapatkan
tempat kembali yang sangat buruk, yaitu neraka Jahannam.
Arti dari al-Bariyyah (الْبَرِيَّةِ)
Dalam ayat ini Allah, menyebutkan lafaz (أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ) artinya "mereka
adalah seburuk-buruk bariyyah". Para Ulama berbeda pendapat dalam
mengartikan kata "bariyyah" pada ayat ini, di antara pendapat yang
disebutkan adalah sebagai berikut:
Pendapat yang pertama, artinya adalah (بَرِيْئَة), maknanya
adalah yang diciptakan atau makhluk, karena di dalam Qiraat Nafi' dan
Ibnu Dzakwan rahimahumallah dibaca dengan (بَرِيْئَة) adapun selain
dari keduanya membacanya sebagaimana masyhur di dalam mushhaf yang kita baca.
Kata (بَرِيْئَة) berasal dari kata (بَرَأَ) yang berarti
(خَلَقَ)/menciptakan.
Pendapat inilah pendapat yang kuat dan didukung oleh banyak mufassir/ahli tafsir.
Pendapat yang kedua, artinya adalah (تُرَاب), maknanya adalah tanah.
Pendapat yang ketiga, artinya adalah yang ditakdirkan. Pendapat yang
ketiga ini adalah pendapat yang sangat lemah.[3]
Firman
Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk.
Allah Azza wa Jalla
menyebutkan bahwa sebaik-baik makhluk adalah orang-orang yang beriman dan
beramal shalih. Ini
menunjukkan keutamaan beriman dan beramal shalih.
SIAPAKAH YANG LEBIH UTAMA, PARA MALAIKAT ATAUKAH KAUM MUKMININ?
Para
ulama berselisih pendapat akan hal ini. Ada yang menyatakan bahwa Malaikat
lebih utama dari orang yang beriman, ada yang mengatakan sebaliknya, ada yang
merinci sebagian orang yang beriman lebih utama dari para Malaikat, ada yang
mengatakan bahwa Malaikat selama ada alam dunia maka Malaikat lebih utama dari
manusia dan di akhirat orang yang beriman bisa menjadi lebih utama dari
Malaikat dan disebutkan pendapat-pendapat lain. Penulis tidak ingin membahas
secara panjang lebar permasalahan ini, karena memang tidak ada nash sharih atau dalil yang sangat jelas yang
bisa memastikan hal ini. Allahu a'lam. Oleh karena
itu siapa yang ingin mendalami permasalahan ini, silakan merujuk ke buku-buku Aqidah.
Penulis menyinggung ini karena Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat
ini, beliau rahimahullah mengatakan:
وَقَدِ اسْتَدَلَّ بِهَذِهِ الآيَةِ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَطَائِفَةٌ مِنَ العُلَمَاءِ، عَلَى تَفْضِيْلِ الْـمُؤْمِنِيْنَ مِنَ
الْبَرِيَّةِ عَلَى الْـمَلَائِكَةِ؛ لِقَوْلِهِ: {أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ}
Dan Abu Hurairah dan sebagian ulama berdalil dengan ayat
ini untuk menunjukkan keutamaan orang-orang yang beriman yang dia termasuk bariyyah
dibanding dengan para malaikat, karena perkataan-Nya: 'mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.'."[4]
SIAPAKAH SEBAIK-BAIK MANUSIA?
Pada
ayat إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
kita ketahui bahwa sebaik-baik makhluk adalah orang-orang yang beriman dan
beramal shalih. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam juga menyebutkan di dalam beberapa hadits tentang ciri
manusia atau Mukmin yang terbaik. Di antara hadits-hadits tersebut yang bisa
penulis sebutkan pada tulisan ini adalah dengan lafaz-lafaz sebagai berikut:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
إِنَّ خِيَارَ
عِنْدَ اللهِ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ الَّذِيْنَ إِذَا رُؤُزا ذُكِرَ اللهُ –تَعَلَى-
Sesungguhnya
sebaik-baik hamba di kalangan umat ini adalah yang apabila mereka dilihat maka
Allah ‘Azza wa Jalla diingat?[5]
Dan juga sabdanya shallallahu
‘alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ
الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik
kalian adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya.[6]
Begitu
pula sabdanya shallallahu ‘alaihi
wasallam:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ
لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan saya adalah yang
terbaik dari kalian terhadap keluargaku.[7]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
إِنَّ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ
أَخْلاَقًا
Dan
juga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
فَخِيَارُكُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ
خِيَارُكُمْ فِي الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا
Sebaik-baik
kalian ketika masa Jahiliyah adalah sebaik-baik kalian di dalam Islam jika
memahami agama.[9]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ
الطَّعَامَ
Sebaik-baik
kalian adalah yang memberikan makanan.[10]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى
خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ
شَرُّهُ
Sebaik-baik
kalian adalah yang diharapkan kebaikannya dan dirasakan aman dari keburukannya.
Dan seburuk-buruk kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak
dirasakan aman dari keburukannya.[11]
Dan
juga:
خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ
قَضَاءً
Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik dalam pembayaran (utang).[12]
Dan
juga:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.[13]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ
مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاةِ، وَمَا تَـخَطَّى عَبْدٌ خُطْوَةً أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ
خُطْوَةٍ مَشَاهَا رَجُلٌ إِلَى فُرْجَةٍ فِيْ الصَّفِّ فَسَدَّهَا
Sebaik-baik
kalian adalah yang paling lembut pundaknya ketika shalat (berjamaah) dan tidak
ada satu langkah dari seorang hamba ketika melangkahkan satu langkah yang
pahalanya lebih besar melebihi langkahnya seorang laki-laki yang berjalan
menuju celah di shaff kemudian dia menutupinya.[14]
Kemudian:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ بُسْرٍ رضي الله عنه أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ
النَّاسِ قَالَ «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Busr bahwasanya seorang Arab badui berkata, Ya Rasulullah!
Siapakah sebaik-baik manusia?" Beliau menjawab, "Yang panjang umurnya
dan baik amalannya."[15]
Dan
juga:
عَنْ عَبْدِ اللهِ
عَمْرِو بْنِ العَاصِ، قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟
فَالَ: خَيْرُ النَّاسِ ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ، وَ اللِّسَانِ الصَّادِقِ.
قُلْنَا: فَقَدْ عَرَفْنَا الصَّادِقَ، فَمَا ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ ؟ قَالَ:
هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ الَّذِي لَا إِثْـمَ
فِيْهِ وَلَا حَسَدَ. قُلْنَا: فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: الَّذِي يَشْنَأُ الدُّنْيَا
وَ يُـحِبُّ الآخِرَةِ. قَالُوا: مَا نَعْرِفُ هَذَا فِيْنَا إِلَّا رَفِعٌ
مَوْلَى رَسُولِ اللهِ، فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟
قَالَ : مُؤْمِنٌ فِي خُلُقٍ حَسَنٍ. قَالُوا: أَمَّا هَذِهِ فَإِنَّهَا فِيْنَا.
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash dia berkata, "Kami berkata, 'Ya Rasulullah!
Siapakah sebaik-baik manusia?' Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, '(Dia adalah) yang memiliki hati al-makhmuum dan
(yang memiliki) lisan yang jujur.' Kami berkata, 'Kami telah mengetahui (lisan)
yang jujur, apa yang dimaksud dengan hati al-makhmuum?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
'Dia adalah hati yang bertakwa dan suci yang tidak ada dosa di dalamnya dan
tidak ada rasa dengki/iri! Kami berkata, 'Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
'(Dia adalah) yang membenci dunia dan mencintai akhirat! Mereka berkata, 'Kami
tidak mengetahui ada orang seperti ini kecuali Rafi’ Maula Rasulillah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
'Seorang Mukmin yang berakhlak baik.' Mereka berkata, 'Adapun ini, maka ada
pada kami!"[16]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ فِي
الْفِتَنِ رَجُلٌ آخِذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ - أَوْ قَالَ بِرَسَنِ فَرَسِهِ - خَلْفَ
أَعْدَاءِ اللهِ يُـخِيْفُهُمْ وَيُـخِيْفُوْنَهُ أَوْ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي بَادِيَتِهِ
يُؤَدِّي حَقَّ اللهِ الَّذِي عَلَيْهِ
Sebaik-baik
manusia di zaman fitnah adalah seorang laki-laki yang mengambil tali kudanya
-atau beliau berkata mengambil tali di mulut kudanya- di belakang musuh-musuh
Allah. Dia menakut-nakuti mereka dan mereka pun menakut-nakutinya, atau seorang
yang menyendiri di baadiyah (tempat yang jauh dari penduduk), dia memenuhi hak
Allah yang wajib dikerjakan olehnya.[17]
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي،
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik
manusia adalah zaman/generasiku, kemudian zaman/generasi yang berikutnya, kemudian
zaman/generasi berikutnya.[18]
Dan masih banyak hadits yang lain. Allahu a'lam.
Sudah sepantasnya kita berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi para hamba
terbaik yang dicintai oleh Allah Azza wa
Jalla.
Firman Allah Azza wa Jalla:
جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN SURGA 'ADN?
Yang dimaksud dengan Jannatu 'Adn di dalam ayat
ini adalah basatin iqamah yang berarti taman-taman untuk tempat tinggal.
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan:
"(Balasan mereka) ganjaran (di sisi Rabb mereka)
yaitu Pencipta dan Pemilik mereka (adalah jannat) yaitu taman-taman ('Adn) yaitu
tempat tinggal. Para ahli tafsir mengatakan bahwa Jannatu 'Adn adalah Bathnanul-Jannah,
maksudnya adalah pertengahan surga ... Dan arti Ma'din Asy-Syai' adalah
Pusat dan tempat menetap sesuatu."[19]
Firman Allah Azza wa Jalla:
رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Rabbnya.
Ath-Thabari rahimahullah
mengatakan: "(Allah ridha terhadap mereka) karena mereka telah
mentaati-Nya di dunia dan beramal agar mereka terhindar dari hukuman-Nya."
"(Dan mereka pun ridha kepada-Nya) karena
Allah telah memberikan balasannya pada hari itu karena ketaatan mereka kepada
Rabb mereka ketika dunia, dan Allah telah membalas mereka karenanya dengan
kedermawanan-Nya."
(Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Rabbnya). Kebaikan ini yang Aku sifatkan dan Aku janjikan
kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di hari kiamat untuk orang
yang takut kepada Rabb-nya di dunia di saat sendiri maupun dilihat oleh orang
lain. Bertakwa kepada-Nya dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan
meninggalkan larangan-larangan-Nya. Billahittaufiq."[20]
Al-Baghawi rahimahullah
mengatakan, "Disebutkan suatu pendapat bahwa ridha itu terbagi menjadi dua
jenis, yaitu (رضابه/ridhan bihi)
dan (رضا عنه/ridhan
'anhu). Adapun arti dari (رضابه/ridhan bihi) adalah ridha
jika Allah sebagai Rabb dan Mudabbir (Pengatur segala urusan). Adapun
arti (رضا عنه/ridhan 'anhu) adalah ridha
terhadap apa yang Allah tetapkan dan takdirkan. as-Suddi rahimahullah mengatakan, 'Jika kamu
tidak ridha terhadap Allah Azza wa Jalla, bagaimana
mungkin engkau meminta kepada-Nya agar Allah ridha terhadapmu."[21]
KESIMPULAN
1. Di antara
keutamaan Ubay bin Ka'b radhiyallahu
‘anhu adalah Allah Azza wa Jalla
menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk membacakan surat al-Bayyinah kepada Beliau.
2. Arti dari Syarrul-Bariyyah
adalah seburuk-buruk makhluk, mereka adalah orang-orang Ahli Kitab dan
musyrikun dan arti dari Khairul-Bariyyah adalah sebaik-baik makhluk,
mereka adalah yang beriman dan beramal shalih.
3. Ada banyak hadits yang menunjukkan makna sebaik-baik manusia atau
sebaik-baik Mukiminin, sudah sepantasnya kita berusaha untuk mendapatkan
keutamaan-keutamaan yang disebutkan pada hadits-hadits tersebut.
4. Arti surga 'Adn adalah taman untuk tempat tinggal.
5. Orang-orang yang beriman dan beramal shalih ridha kepada Allah
karena Allah telah memberikan balasannya di akhirat dikarenakan ketaatan mereka
kepada Rabb mereka ketika dunia, dan Allah telah membalas apa yang telah mereka
lakukan dengan sebaik-baik balasan.
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat dan
mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla senantiasa
membimbing kita untuk terus berada di atas petunjuk-Nya, terus beriman dan
beramal shalih sampai akhir hayat kita. Amin.[]
DAFTAR PUSTAKA
1. Aisarut-Tafasir fi kalam 'Aliyil-Kabir wa bihamisyihi Nahril-Khair 'Ala
Aisarit-Tafasir. Jabir bin Musa Al-Jazairi 1423 H/2002 M.
Al-Madinah: Maktabah Al-'Ulum Wal-Hikam.
2. Al-Jami' Li
Ahkamil-Qur'an. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi. Kairo: Dar al-Kutub
al-Mishriyah.
3. Jami'ul-bayan fi ta'wilil-Qur'an. Muhammad bin
Jariir Ath-Thabari. 1420 H/2000 M. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
4. Ma'alimut-tanzil. Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud al-Baghawi. 1417
H/1997 M. Ar-Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
5. Tafsir al-Qur'an al-Adzhim. Isma'il bin 'Umar bin Katsir. 1420
H/1999 M. Ar-Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
6. Dan lain-lain.
Sebagian besar telah tercantum di footnotes
[5]
al-Khara-ithi
dalam Masawi’ al-Akhlaq. Syaikh al-Albani menyatakan bahwa hadiits ini
hasan dalam ash-Shahihah no. 2849.
[7]
HR.
At-Tirmidzi no. 3895 dan Ibnu Majah no. 1977. Syaikh al-Albani menyatakan
hadits ini shahih dalam ash-Shahihah no. 285.
[10] HR. Ahmad no. 23930, al-Hakim dalam al-Mustadrak
no. 7739 dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-lman no. 8565. Adz-Dzahabi
menyatakan shahih dalam Ta'liq al-Mustadrak.
[13]
HR.
Ath-Thabari dalam al-Mu'jam al-Awsath VI/58. Syaikh al-Albani menyatakan
hasan dalam ash-Shahihah no. 426.
[14]
HR.
Ath-Thabari datam al-Mu'jam al-Kabir no. 813. Syaikh al-Albani
menyatakan bahwa hadits ini hasan dalam ash-Shahihah no. 2533.
[15]
HR.
At-Tirmidzi no. 2329. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Shahih
al-Jami' Ash-Shaghir no. 3296.
[16]
HR.
Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-lman no. 6180 dan Abu Na'im al-Ashbahani
dalam Ma'rifatush shahabah, hlm. 1043 no. 2643. Syaikh al-Albani
menyatakan shahih dalam Shahih al-Jami'ash-Shaghir no. 3291.
[17]
HR.
Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf no. 20760 dan al-Hakim dalam Al-Mustadrak
no. 8380. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai dengan syarat
Al-Bukhari, dan Muslim dan Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahiih dalam
Ash-Shahihah no. 698.
Gratis Download Tafsir Surat Al Bayyinah Format Word
Boleh di Baca Juga Tafsir Qur’an Surat-surat Berikut
Ini:
- Tafsir Surat Al Insyiqooq
- Tafsir Surat Muthaffifin
- Tafsir Surat Al Infithaar
- Tafsir Surat At Takwir
- Tafsir Surat An Nazi’at
- Tafsir Surat An Naba’
- Tafsir Surat Abasa
- Tafsir Surat YaaSiin
- Tafsir Surat Al Baqarah ayat Terakhir/ 285-286
Tidak ada komentar :
Posting Komentar