ASSALAMU'ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKAATUH ...

Daftar Isi My Blog

30.10.21

TAFSIR SURAT AL BAYYINAH


Tafsir ayat 6-8 Surat al-Bayyinah

Oleh: Ustadz Said Yai Ardiansyah, Lc.MA حفظه الله

TEKS AYAT

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ. إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya." (QS.Al-Bayyinah/98:6-8)

TAFSIR RINGKAS

Setelah Allah Azza wa Jalla menjelaskan agama yang haq yang bisa menyelamatkan (seseorang) dari azab dan bisa mendapatkan kenikmatan yaitu agama islam (pada ayat sebelumnya), Allah Azza wa Jalla mengabarkan bahwa orang-orang yang kafir (ingkar) kepada-Nya, baik dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, mereka berada di neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Ini adalah hukum Allah Azza wa Jalla kepada mereka karena mengingkari kebenaran dan berpaling darinya setelah datang kepada mereka bukti dan mereka mengenal jalan yang lurus. Mereka beralih dari kebenaran tersebut dengan rasa ridha terhadap kebatilan dan rasa puas terhadap kekafiran dan kesyirikan sebagai ganti dari keimanan dan ketauhidan. Mereka adalah orang-orang kafir dan pelaku dosa. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk. Ini adalah makna dari firman Allah,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk."
Sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah mengabarkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan agama Islam, kemudian mereka mengerjakan kewajiban-kewajiban, menjauhi larangan-larangan, bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan amalan-amalan shalih, mereka adalah sebaik-baik makhluk. Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adaiah sebaik-baik makhluk."
Perkataan Allah Azza wa Jalla, "Balasan mereka di sisi Rabb mereka," maksudnya, mereka yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan apa-apa yang Beliau bawa berupa petunjuk dan agama yang haq, mereka adalah sebaik-baik makhluk.
Perkataan Allah, جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ "Balasan mereka di sisi Rabb mereka" terjadi ketika mereka bertemu dengan Allah dan itu terjadi setelah kematian, جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ "ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai," maksudnya adalah taman-taman yang mereka tinggal selamanya di dalamnya, mereka tidak akan keluar darinya dan tidak akan pernah mati.
Perkataan Allah Azza wa Jalla: رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ "Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." Allah ridha kepada mereka karena keimanan dan ketaatan mereka dan mereka ridha kepada Allah karena apa yang telah Allah karuniakan dan berikan kepada mereka berupa kenikmatan yang abadi di Darussalaam (Negeri Keselamatan/surga).
Perkataan Allah Azza wa Jalla, ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ "Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya." Balasan yang disebutkan tersebut adalah balasan yang besar karena di sana dikumpulkan kebahagiaan ruh dan kebahagiaan badan secara bersamaan. Itu balasan bagi hamba yang takut kepada Rabb-nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya sampai bertemu Allah Azza wa Jalla setelah wafatnya. Apabila dia bemaksiat pada suatu hari, maka dia bertaubat dan jika dia salah maka dia kembali. Begitu seterusnya sampai dia wafat dalam keadaan taat dan bukan dalam keadaan bermaksiat."[1]


PENJABARAN AYAT

Surat al-Bayyiriah dan Ubay bin Ka'b radhiyallahu ‘anhu
Beberapa surat disebutkan keutamaannya oLeh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Surat al-Bayyinah memiliki kaitan dengan seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama Ubay bin Ka'b radhiyallahu ‘anhu. sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأُبَيٍّ: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ (لَـمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا) قَالَ: وَسَمَّانِي؟ قَالَ: نَعَمْ، فَبَكَى
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ubay, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk membacakan kepadamu lam yakunilladzina kafaru"' Beliau (Ubay) berkata, "Apakah Allah menyebut namaku?" Beliau bersabda, "Ya." Kemudian dia (Ubay) pun menangis.[2]
Ubay mendapatkan keutamaan dengan dikhususkannya beliau dari seluruh sahabat Nabi untuk dibacakan surat al-Bayyinah sebagai perintah langsung dari Allah Azza wa Jalla, bahkan sampai-sampai Allah  menyebut nama beliau radhiyallahu ‘anhu.

Firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Ahli kitab yang dimaksud dalam ayat ini   adalah   orang-orang   Yahudi   dan   Nasrani, sedangkan maksud dari orang-orang musyrik yaitu semua orang yang melakukan kesyirikan yang menyebabkan dia keluar dari agama Islam. Mereka layak untuk mendapatkan tempat kembali yang sangat buruk, yaitu neraka Jahannam.

Arti dari al-Bariyyah (الْبَرِيَّةِ)
Dalam ayat ini Allah, menyebutkan lafaz (أُوْلَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ) artinya "mereka adalah seburuk-buruk bariyyah". Para Ulama berbeda pendapat dalam mengartikan kata "bariyyah" pada ayat ini, di antara pendapat yang disebutkan adalah sebagai berikut:
Pendapat yang pertama, artinya adalah (بَرِيْئَة), maknanya adalah yang diciptakan atau makhluk, karena di dalam Qiraat Nafi' dan Ibnu Dzakwan rahimahumallah dibaca dengan (بَرِيْئَة) adapun selain dari keduanya membacanya sebagaimana masyhur di dalam mushhaf yang kita baca. Kata (بَرِيْئَة) berasal dari kata (بَرَأَ) yang berarti (خَلَقَ)/menciptakan. Pendapat inilah pendapat yang kuat dan didukung oleh banyak mufassir/ahli tafsir.
Pendapat yang kedua, artinya adalah (تُرَاب), maknanya adalah tanah.
Pendapat yang ketiga, artinya adalah yang ditakdirkan. Pendapat yang ketiga ini adalah pendapat yang sangat lemah.[3]
Firman Allah Azza wa Jalla:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa sebaik-baik makhluk adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Ini menunjukkan keutamaan beriman dan beramal shalih.

SIAPAKAH YANG LEBIH UTAMA, PARA MALAIKAT ATAUKAH KAUM MUKMININ?

Para ulama berselisih pendapat akan hal ini. Ada yang menyatakan bahwa Malaikat lebih utama dari orang yang beriman, ada yang mengatakan sebaliknya, ada yang merinci sebagian orang yang beriman lebih utama dari para Malaikat, ada yang mengatakan bahwa Malaikat selama ada alam dunia maka Malaikat lebih utama dari manusia dan di akhirat orang yang beriman bisa menjadi lebih utama dari Malaikat dan disebutkan pendapat-pendapat lain. Penulis tidak ingin membahas secara panjang lebar permasalahan ini, karena memang tidak ada nash sharih atau dalil yang sangat jelas yang bisa memastikan hal ini. Allahu a'lam. Oleh karena itu siapa yang ingin mendalami permasalahan ini, silakan merujuk ke buku-buku Aqidah.
Penulis menyinggung ini karena Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau rahimahullah mengatakan:
وَقَدِ اسْتَدَلَّ بِهَذِهِ الآيَةِ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَطَائِفَةٌ مِنَ العُلَمَاءِ، عَلَى تَفْضِيْلِ الْـمُؤْمِنِيْنَ مِنَ الْبَرِيَّةِ عَلَى الْـمَلَائِكَةِ؛ لِقَوْلِهِ: {أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ}
Dan Abu Hurairah dan sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan orang-orang yang beriman yang dia termasuk bariyyah dibanding dengan para malaikat, karena perkataan-Nya: 'mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.'."[4]

SIAPAKAH SEBAIK-BAIK MANUSIA?

Pada ayat إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ kita ketahui bahwa sebaik-baik makhluk adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyebutkan di dalam beberapa hadits tentang ciri manusia atau Mukmin yang terbaik. Di antara hadits-hadits tersebut yang bisa penulis sebutkan pada tulisan ini adalah dengan lafaz-lafaz sebagai berikut:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ خِيَارَ عِنْدَ اللهِ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ الَّذِيْنَ إِذَا رُؤُزا ذُكِرَ اللهُ –تَعَلَى-
Sesungguhnya sebaik-baik hamba di kalangan umat ini adalah yang apabila mereka dilihat maka Allah ‘Azza wa Jalla diingat?[5]
Dan juga sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya.[6]
Begitu pula sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan saya adalah yang terbaik dari kalian terhadap keluargaku.[7]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
إِنَّ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.[8]
Dan juga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَخِيَارُكُمْ فِي الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا
Sebaik-baik kalian ketika masa Jahiliyah adalah sebaik-baik kalian di dalam Islam jika memahami agama.[9]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ
Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.[10]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ
Sebaik-baik kalian adalah yang diharapkan kebaikannya dan dirasakan aman dari keburukannya. Dan seburuk-buruk kalian adalah yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak dirasakan aman dari keburukannya.[11]
Dan juga:
خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam pembayaran (utang).[12]
Dan juga:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.[13]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاةِ، وَمَا تَـخَطَّى عَبْدٌ خُطْوَةً أَعْظَمَ أَجْرًا مِنْ خُطْوَةٍ مَشَاهَا رَجُلٌ إِلَى فُرْجَةٍ فِيْ الصَّفِّ فَسَدَّهَا
Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut pundaknya ketika shalat (berjamaah) dan tidak ada satu langkah dari seorang hamba ketika melangkahkan satu langkah yang pahalanya lebih besar melebihi langkahnya seorang laki-laki yang berjalan menuju celah di shaff kemudian dia menutupinya.[14]
Kemudian:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضي الله عنه أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
Diriwayatkan dari Abdullah bin Busr bahwasanya seorang Arab badui berkata, Ya Rasulullah! Siapakah sebaik-baik manusia?" Beliau menjawab, "Yang panjang umurnya dan baik amalannya."[15]
Dan juga:            
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ، قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ فَالَ: خَيْرُ النَّاسِ ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ، وَ اللِّسَانِ الصَّادِقِ. قُلْنَا: فَقَدْ عَرَفْنَا الصَّادِقَ، فَمَا ذُو القَلْبِ الْمَخْمُوْمِ ؟ قَالَ:  هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ الَّذِي لَا إِثْـمَ فِيْهِ وَلَا حَسَدَ. قُلْنَا: فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ: الَّذِي يَشْنَأُ الدُّنْيَا وَ يُـحِبُّ الآخِرَةِ. قَالُوا: مَا نَعْرِفُ هَذَا فِيْنَا إِلَّا رَفِعٌ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ،  فَمَنْ عَلَى أَثَرِهِ؟ قَالَ : مُؤْمِنٌ فِي خُلُقٍ حَسَنٍ. قَالُوا: أَمَّا هَذِهِ فَإِنَّهَا فِيْنَا.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash dia berkata, "Kami berkata, 'Ya Rasulullah! Siapakah sebaik-baik manusia?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, '(Dia adalah) yang memiliki hati al-makhmuum dan (yang memiliki) lisan yang jujur.' Kami berkata, 'Kami telah mengetahui (lisan) yang jujur, apa yang dimaksud dengan hati al-makhmuum?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, 'Dia adalah hati yang bertakwa dan suci yang tidak ada dosa di dalamnya dan tidak ada rasa dengki/iri! Kami berkata, 'Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, '(Dia adalah) yang membenci dunia dan mencintai akhirat! Mereka berkata, 'Kami tidak mengetahui ada orang seperti ini kecuali Rafi’ Maula Rasulillah shallallahu 'alaihi wa sallam. Siapakah orang setelahnya?' Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, 'Seorang Mukmin yang berakhlak baik.' Mereka berkata, 'Adapun ini, maka ada pada kami!"[16]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ فِي الْفِتَنِ رَجُلٌ آخِذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ - أَوْ قَالَ بِرَسَنِ فَرَسِهِ - خَلْفَ أَعْدَاءِ اللهِ يُـخِيْفُهُمْ وَيُـخِيْفُوْنَهُ أَوْ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي بَادِيَتِهِ يُؤَدِّي حَقَّ اللهِ الَّذِي عَلَيْهِ
Sebaik-baik manusia di zaman fitnah adalah seorang laki-laki yang mengambil tali kudanya -atau beliau berkata mengambil tali di mulut kudanya- di belakang musuh-musuh Allah. Dia menakut-nakuti mereka dan mereka pun menakut-nakutinya, atau seorang yang menyendiri di baadiyah (tempat yang jauh dari penduduk), dia memenuhi hak Allah yang wajib dikerjakan olehnya.[17]
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
Sebaik-baik manusia adalah zaman/generasiku, kemudian zaman/generasi yang berikutnya, kemudian zaman/generasi berikutnya.[18]
Dan masih banyak hadits yang lain. Allahu a'lam. Sudah sepantasnya kita berusaha dan berlomba-lomba untuk menjadi para hamba terbaik yang dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.

Firman Allah Azza wa Jalla:
جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN SURGA 'ADN?

Yang dimaksud dengan Jannatu 'Adn di dalam ayat ini adalah basatin iqamah yang berarti taman-taman untuk tempat tinggal.
Al-Qurthubi rahimahullah  mengatakan:
"(Balasan mereka) ganjaran (di sisi Rabb mereka) yaitu Pencipta dan Pemilik mereka (adalah jannat) yaitu taman-taman ('Adn) yaitu tempat tinggal. Para ahli tafsir mengatakan bahwa Jannatu 'Adn adalah Bathnanul-Jannah, maksudnya adalah pertengahan surga ... Dan arti Ma'din Asy-Syai' adalah Pusat dan tempat menetap sesuatu."[19]

Firman Allah Azza wa Jalla:
رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.

Ath-Thabari rahimahullah mengatakan: "(Allah ridha terhadap mereka) karena mereka telah mentaati-Nya di dunia dan beramal agar mereka terhindar dari hukuman-Nya."
"(Dan mereka pun ridha kepada-Nya) karena Allah telah memberikan balasannya pada hari itu karena ketaatan mereka kepada Rabb mereka ketika dunia, dan Allah telah membalas mereka karenanya dengan kedermawanan-Nya."
(Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya). Kebaikan ini yang Aku sifatkan dan Aku janjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di hari kiamat untuk orang yang takut kepada Rabb-nya di dunia di saat sendiri maupun dilihat oleh orang lain. Bertakwa kepada-Nya dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Billahittaufiq."[20]
Al-Baghawi rahimahullah mengatakan, "Disebutkan suatu pendapat bahwa ridha itu terbagi menjadi dua jenis, yaitu (رضابه/ridhan bihi) dan (رضا عنه/ridhan 'anhu). Adapun arti dari (رضابه/ridhan bihi) adalah ridha jika Allah sebagai Rabb dan Mudabbir (Pengatur segala urusan). Adapun arti (رضا عنه/ridhan 'anhu) adalah ridha terhadap apa yang Allah tetapkan dan takdirkan. as-Suddi rahimahullah mengatakan, 'Jika kamu tidak ridha terhadap Allah Azza wa Jalla, bagaimana mungkin engkau meminta kepada-Nya agar Allah ridha terhadapmu."[21]

KESIMPULAN

1.  Di antara keutamaan Ubay bin Ka'b radhiyallahu ‘anhu adalah Allah Azza wa Jalla menyuruh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membacakan surat al-Bayyinah kepada Beliau.
2.  Arti dari Syarrul-Bariyyah adalah seburuk-buruk makhluk, mereka adalah orang-orang Ahli Kitab dan musyrikun dan arti dari Khairul-Bariyyah adalah sebaik-baik makhluk, mereka adalah yang beriman dan beramal shalih.
3.  Ada banyak hadits yang menunjukkan makna sebaik-baik manusia atau sebaik-baik Mukiminin, sudah sepantasnya kita berusaha untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan yang disebutkan pada hadits-hadits tersebut.
4.  Arti surga 'Adn adalah taman untuk tempat tinggal.
5.  Orang-orang yang beriman dan beramal shalih ridha kepada Allah karena Allah telah memberikan balasannya di akhirat dikarenakan ketaatan mereka kepada Rabb mereka ketika dunia, dan Allah telah membalas apa yang telah mereka lakukan dengan sebaik-baik balasan.
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat dan mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita untuk terus berada di atas petunjuk-Nya, terus beriman dan beramal shalih sampai akhir hayat kita. Amin.[]

DAFTAR PUSTAKA

1.  Aisarut-Tafasir fi kalam 'Aliyil-Kabir wa bihamisyihi Nahril-Khair 'Ala Aisarit-Tafasir. Jabir bin Musa Al-Jazairi 1423 H/2002 M. Al-Madinah: Maktabah Al-'Ulum Wal-Hikam.
2.  Al-Jami' Li Ahkamil-Qur'an. Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi. Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah.
3.  Jami'ul-bayan fi ta'wilil-Qur'an. Muhammad bin Jariir Ath-Thabari. 1420 H/2000 M. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
4.  Ma'alimut-tanzil. Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud al-Baghawi. 1417 H/1997 M. Ar-Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
5.  Tafsir al-Qur'an al-Adzhim. Isma'il bin 'Umar bin Katsir. 1420 H/1999 M. Ar-Riyadh: Dar Ath-Thaibah.
6.     Dan lain-lain. Sebagian besar telah tercantum di footnotes



[1]     Lihat Aisar At-Tafasir, hlm. 1778-1779.
[2]     HR. Al-Bukhari no. 3808 dan Muslim no. 799/1865.
[3]     Lihat Tafsir al-Qurthubi XX/145.
[4]     Tafsir Ibni Katsir VIII/458.
[5]     al-Khara-ithi dalam Masawi’ al-Akhlaq. Syaikh al-Albani menyatakan bahwa hadiits ini hasan dalam ash-Shahihah no. 2849.
[6]     HR. al-Bukhari no. 5027 dari Utsman bin'Affan radhiyallahu ‘anhu.
[7]     HR. At-Tirmidzi no. 3895 dan Ibnu Majah no. 1977. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam ash-Shahihah no. 285.
[8]     HR. Al-Bukhari no.6035 dan Muslim no.2321/6033.
[9]     HR. Al-Bukhari no. 3374.
[10]    HR. Ahmad no. 23930, al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 7739 dan al-Baihaqi dalam Syu'ab al-lman no. 8565. Adz-Dzahabi menyatakan shahih dalam Ta'liq al-Mustadrak.
[11]    HR. At-Tirmidzi no. 2263. Beliau menyatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[12]    Al-Bukhari no.2390 dan Muslim no. 1601/4110.
[13]    HR. Ath-Thabari dalam al-Mu'jam al-Awsath VI/58. Syaikh al-Albani menyatakan hasan dalam ash-Shahihah no. 426.
[14]    HR. Ath-Thabari datam al-Mu'jam al-Kabir no. 813. Syaikh al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan dalam ash-Shahihah no. 2533.
[15]    HR. At-Tirmidzi no. 2329. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Shahih al-Jami' Ash-Shaghir no. 3296.
[16]    HR. Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-lman no. 6180 dan Abu Na'im al-Ashbahani dalam Ma'rifatush shahabah, hlm. 1043 no. 2643. Syaikh al-Albani menyatakan shahih dalam Shahih al-Jami'ash-Shaghir no. 3291.
[17]    HR. Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf no. 20760 dan al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 8380. Imam Adz-Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai dengan syarat Al-Bukhari, dan Muslim dan Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahiih dalam Ash-Shahihah no. 698.
[18]    HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533/6472.
[19]    Tafsir Al-Ourthubi XX/146.
[20]    Tafsir Ath-Thabari XXIV/543.
[21]    Tafsir Al-Baghawi VIII/497.

Gratis Download Tafsir Surat Al Bayyinah Format Word

Boleh di Baca Juga Tafsir Qur’an Surat-surat Berikut Ini:
 TAFSIR SURAT-SURAT POPULER
  1. Tafsir Surat Al Insyiqooq
  2. Tafsir Surat Muthaffifin
  3. Tafsir Surat Al Infithaar
  4. Tafsir Surat At Takwir
  5. Tafsir Surat An Nazi’at
  6. Tafsir Surat An Naba’
  7. Tafsir Surat Abasa
  8. Tafsir Surat YaaSiin
  9. Tafsir Surat Al Baqarah ayat Terakhir/ 285-286



Tidak ada komentar :

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net