SIKAP MENYONGSONG TAHUN BARU MASEHI
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا
بَعْدُ؛
فَيَا
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kaum muslimin
sidang jum'at yang berbahagia.
Mari kita
pnjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan banyak
kenikmatan terutama nikmat Iman dan Islam, Selanjutnya Shalawat dan Salam kita
Sanjungkan Kepada Nabi Kita Muhammad Saw, semoga kita tetap Istiqomah atas
ajaran-ajaran beliau, dan akhirnya mendapatkan Syafaatnya di yaumul Akhir
nanti, amiin.
Kaum muslimin
sidang jum'at yang berbahagia.
Kini kita semua
berada di penghujung tahun masehi, 8 hari lagi tahun lama meninggalkan kita, dan akan datang tahun
baru. Ini menunjukkan bahwa usia kita akan bertambah satu tahun lagi. Dengan bertambahnya
usia, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, menunjukkan pula
bahwa jatah hidup kita makin berkurang hingga ajal kita datang, karena itu kita
perlu intropeksi diri.
Akan tetapi, selama
ini fenomena di masyarakat kita yang mayoritas Islam, melakukan perayaan
menyambut Tahun Baru Masehi sudah ikut-ikutan cara umat agama lain. Dimana,
masyarakat yang bukan Islam lebih dominan dalam perayaan tersebut melakukan
hura-hura, berfoya-foya, minum minuman keras, dan lainnya. Kondisi ini yang
sebagian besar umat Islam mengikutinya tanpa tahu apa maksud dari itu.
Tragisnya lagi, generasi muda saat ini bahkan tak terlalu menghiraukan Tahun
Baru Hijrah, tapi kalau masuk Tahun Baru Masehi para remaja negeri ini
mempersiapkan segala sesuatu untuk perayaannya bersama teman-teman, ada di
cafe, tempat hiburan, lapangan yang gelap dan bakar ayam untuk hura-hura,
banyak lagi cara lainnya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri.
Umat Islam
seharusnya menyambut masuknya Tahun Baru Masehi dengan mengintropeksi diri (muhasabatun
nafsi),
Bahkan dengan muhasabatun
nafsi, kita dapat mengetahui hakikat dan persoalan diri kita secara pasti, amal
yang kita lakukan dan bertambahnya kapasitas diri serta bekal menuju perjalanan
akhirat kita yang amat panjang dan pasti.
Dalam hal ini Khalifah Umar ra. Pernah Berkata:
حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوْا
(Hisablah,
hitung-hitung diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT.)
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Ada tiga perkara
yang perlu kita hisab, kita hitung-hitung dalam kehidupan ini:
Yang pertama, Masalah
Dien, Agama kita, yakni Al-Islam. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini pantas
kita arahkan pada diri kita: Sudah sejauh mana kita memahami dan mengamalkan
ajaran agama kita?
Terkait masalah
Dien ini, kita harus selalu menanamkan dalam diri kita spirit dan semangat
belajar, belajar dan belajar. Karena Dienul Islam itu adalah ilmu, sedangkan
ilmu tidak akan didapat kecuali dengan belajar dan mempelajarinya.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Yang kedua, Masalah
dunia kita. Dalam
masalah kehidupan dunia, ada 3 hal yang perlu kita hisab:
1. Bagaimana
kita menyikapi kehidupan dunia ini? Apakah kita mencintainya dan kita jadikan
ia menjadi tujuan hidup kita? Ataukah berbagai fasilitas kehidupan ini,
termasuk uang, rumah, kendaraan yang kita miliki, kita letakkan hanya sebagai
sarana kehidupan dan kita tidak mencintainya melebihi cinta pada Allah dan
Rasul-Nya? Ingat! Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa zuhud pada dunia
adalah kunci mendapat cinta Allah.
2. Dari
mana asal usul semua harta yang kita miliki? Apakah harta yang kita miliki benar-benar
berasal dari sumber yang halal dan tidak sedikitpun tercampur dengan yang
haram seperti riba, menipu, mencuri dan sebagainya, atau syubhat (belum jelas
halal atau haram). Harta yang haram dan syubhat menyebabkan hati kita sakit dan
bahkan bisa mati serta do’a kita tidak dikabulkan Allah. Pada akhirnya, di
dunia kita kehilangan barokah hidup dan di akhirat kita akan dilemparkan Allah
ke dalam neraka. Sebab itu, Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita agar memakan,
meminum dan memakai dari sumber yang halal dan dari benda dan jenis yang
dihalalkan.
3.
kemana
kita belanjakan dan manfaatkan harta yang Allah anugerahkan pada kita? Kendati
harta yang kita dapatkan dengan cara yang halal dan jenisnya pun halal, bukan
berarti kita dibolehkan semau kita dalam membelanjakan dan memanfaatkannya.
Islam mengatur sistem belanja, distribusi dan pemanfaatan harta kita. Harta
tersebut pada hakikatnya Allah titipkan kepada kita agar menjadi modal kita
untuk kepentingan akhirat kita.
Sebab itu, Allah memotivasi kita
agar harta yang Allah anugerahkan itu kita infakkan/belanjakan di jalan-Nya
setelah kita keluarkan kewajiban yang ada di dalamnya seperti zakat, nafkah,
infaq, shadaqah, wasiat dan sebagainya.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Yang ketiga, Masalah
akhirat
yang akan menjadi tempat tinggal kita selama-lamanya. Terkait masalah akhirat
ini hanya ada dua kata: Ikhlaskan niat kita hanya karena Allah dalam
semua kata dan amal ibadah yang kita lakukan, dan lakukan amal shaleh sebanyak
mungkin yang dapat kita lakukan.
Untuk itu,
hidup kita harus berorientasi akhirat dan jangan sampai kita lebih mencintai
dunia ketimbang akhirat, karena dunia semua isinya akan musnah, termasuk jasad
kita sendiri, sedangkan akhirat adalah kekal abadi. Di samping itu, jadikanlah
sukses akhirat sebagai standar kesuksesan yang hakiki.
Allah SWT menjelaskan:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا
تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ
وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ (آل عمران : 185)
“Semua yang bernyawa pasti mati. Nanti pada
hari kiamat (akhirat) akan disempurnakan pahala kalian. Siapa yang dijauhkan
(pada hari itu) dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh dialah
yang sukses. Dan tidak adalah kehidupan dunia ini melainkan kenikmatan yang
menipu”. (Ali-Imran:
185)
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Mari kita
syukuri nikmat umur yang telah Allah anugerahkan kepada kita sehingga kita
dapat menghirup udara segar di tahun ini dengan melakukan Muhasabatun nafsi.
Semoga Allah bantu kita, dan mudahkan kita dalam melakukan upaya meningkatkan
kualitas dien, dunia dan akhirat kita, amin.
Selain Muhasabtun
Nafsi, Perbanyak
bergaul dengan Ulama yang selalu mengajak kita untuk menigkatkan rasa takwa
kepada Allah SWT. sehingga kita terhindar dari perbuatan yang mubazir. Karena
dalam kitab suci Al Quran sudah jelas disampaikan kepada kita bahwa Allah
membenci orang yang berlebihan dan mubazir.
Boleh saja kita
ungkapkan rasa syukur kita terhadap pergantian tahun ini dengan membakar ayam
dan berkumpul bersama teman-teman, tapi lakukan dengan lebih yang dilegalkan
ajaran Islam, jangan sampai terjebak ke cara sesat yang berujung ke maksiat.
Lakukan dengan penuh rasa syukur misalnya dengan bakar ayam bersama anak yatim,
pengajian remaja di masjid dan sebagainya. Ini jauh lebih baik dari pada
menonton aksi-aksi syirik dan kemaksiatan yang dilakukan kaum bukan Islam dalam
menyambut tahun baru ini.
Dengan khutbah
singkat ini, semoga kita dan anak-anak kita bisa paham bagaimana memaknai Tahun
Baru Masehi. Memang perhitungan tanggal Masehi milik semua umat, baik Kristen,
Hindu, Budha, maupun Islam. Jadi, berbeda agama berbeda pula cara pandangnya
dalam menyambut datangnya Tahun Baru Masehi. Ada yang mengungkapkan dengan
meniup terompet, kembang api, pasang tanduk seperti syetan di kepalanya yang
berkerlap kerlip, bakar ayam, pesta dengan minum minuman khomar, dan lainnya.
Dalam perbedaan inilah kita dan anak muda mudi kita di tuntut untuk lebih selektif
dalam memaknai penyambutan tahun baru.
Dan akhirnya
semoga Allah Swt selalu membimbing kita kejalan yang benar, Amiin. ya Robbal
‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar