KHUTBAH JUM’AT
Menjaga Kualitas Puasa
di Bulan Ramadhan
Oleh: Sonin
Di Masjis Izmir Darussalam
21-04/2024
اْلحَمْدُ
ِللهِ اْلحَمْدُ ِللهِ الَّذِي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا
بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَه، ذُو اْلجَلَالِ وَالإكْرَام، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُه، اَللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ
وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ
بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْن، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَايُّهَا
الإِخْوَان، أوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الَّشَيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيْدًا، يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وَقَالَ تَعَالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Jamaah shalat Jumat
rahimakumullah. Alhamdulillah pada hari ini kita berada di bulan yang
penuh rahmat, anugerah, dan ampunan Allah, yaitu bulan suci Ramadhan. Pada
bulan ini kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa, yaitu
menahan diri dari makan, minum, dan hal yang membatalkannya mulai terbitnya
fajar hingga tenggelamnya Matahari dengan niat yang telah ditentukan.
Tujuan utama dari berpuasa adalah menjadi manusia yang bertaqwa kepada
Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 183:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة:
183
Artinya: "Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa."
Manusia yang bertakwa
merupakan harapan utama yang diperoleh seseorang setelah menjalankan ibadah
puasa, maka Nabi memerintahkan bagi orang yang berpuasa untuk menghindari
ucapan kotor dan tindakan yang mubazzir.
Sebagaimana sabda Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwatha’. Nabi bersabda:
الصِّيَامُ
جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ،
فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي
صَائِمٌ
Artinya: “Puasa itu adalah
perisai, jika salah satu dari kalian sedang berpuasa, maka jangan sampai
berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil (sombong, suka mengejek,
atau bertengkar). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau
menghinanya maka hendaklah dia mengatakan: aku sedang puasa, aku sedang puasa”
(HR. Imam Malik).
Hadis di atas menjelaskan
bahwa seseorang yang berpuasa diperintahkan Nabi untuk tidak mengucapkan
kalimat yang kotor dan bertindak bodoh, bahkan jika ada seseorang yang mengajak
berkelahi atau memusuhi, ia cukup mengucapkan saya sedang berpuasa. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kesempurnaan pahala puasa, terutama menjaga
ketakwaannya kepada Allah SWT.
Jamaah shalat Jumat
rahimakumullah
Bagaimana cara agar puasa
kita memiliki kualitas yang baik? Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
Juz 1 halaman 234 menjelaskan tentang kualitas puasanya orang-orang saleh,
orang-orang yang berada pada tingkatan khusus, yaitu puasa dengan menjaga
telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan segenap anggota badan dari dosa. Puasa
ini dapat dicapai dengan enam hal:
Pertama, menjaga mata dari memandang
hal yang tercela, serta tidak memandang hal yang melalaikan hati dari dzikir
kepada Allah. Bulan puasa menjadi momentum yang baik untuk menyibukkan
pandangan kita dengan membaca Al-Qur’an, mempelajari ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya. Agar puasa kita berkah dan berkualitas sebagaimana puasanya
orang-orang yang saleh.
Kedua, menjaga lisan dari ujaran
kebohongan, menggunjing, memaki, menghina dan segala bentuk permusuhan, lebih
baik diam daripada mengucapkan yang tidak baik, hal ini merupakan bentuk dari
puasa lisan.
Imam Sufyan mengingatkan
bahwa menggunjing dapat merusak terhadap pahala puasa.
Ketiga, menjaga telinga dari
mendengarkan hal yang diharamkan Allah. Sesuatu yang haram diucapkan, maka
haram juga untuk didengarkan. Mumpung ini puasa, mari kita gunakan telinga kita
untuk mendengarkan hal yang bermanfaat, seperti mendengarkan lantunan
Al-Qur’an, pengajian, maupun nasehat keagamaan. Agar puasa kita berkah dan
mendapatkan pahala yang sempurna dari Allah SWT.
Keempat, menjaga segenap anggota
badan, mulai dari tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya dari melakukan
hal-hal yang dilarang syariat agama, mari kita gunakan anggota badan kita untuk
kebaikan agar anggota tubuh kita terhindar perbuatan yang tercela.
Kelima, tidak makan berlebihan
ketika berbuka puasa, karena Allah membenci terhadap perut yang berisi makanan
halal secara berlebihan. Makan berlebihan kontradiktif dengan tujuan puasa,
yaitu melemahkan godaan syaitan dan hawa nafsu, tujuan ini tidak dapat terwujud
tanpa mengurangi porsi makan.
Keenam, ketika berbuka puasa,
sebaiknya perasaan hati memuat dua hal, yaitu takut terhadap siksa Allah dan
selalu mengharapkan rahmat-Nya. Harapannya agar seseorang selalu menjaga
semangat ibadahnya, dan selalu istiqomah beribadah kepada Allah sehingga ia
menjadi orang yang beruntung, orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Jamaah shalat Jumat
rahimakumullah
Mengapa penting untuk menjaga
kualitas berpuasa? Karena manusia yang cerdas adalah manusia yang dapat
menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam kitabnya Mustadrok
‘ala Shahihain, juz 1, hlm 125:
الْكَيِّسُ
مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ
أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang cerdas
adalah yang menundukkan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian,
sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi banyak
berangan-angan atas (karunia) Allah.” (HR. Hakim).
Oleh karena itu, di bulan
puasa ini merupakan momentum terbaik bagi kita semua untuk menjaga kualitas
puasa dengan berperilaku seperti malaikat dengan memperbanyak amal kebaikan dan
dapat menahan diri dari hawa nafsu yang tercela. Semoga puasa kita diterima
Allah SWT. Aamiin.
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ
مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ